0
KRITERIA ULAMA AKHIRAT
Posted by G2 FLASHER
on
20.26
KRITERIA ULAMA AKHIRAT
Sabtu, 06/10/2012
Kata-kata ulama di kalangan umat
Islam Indonesia
mengalami distorsi makna yang terkadang jauh dari apa yang dikehendaki Al
Quran. Ada
seorang yang baru bisa berceramah dan belum mendalam ilmu keislamannya sudah
disebut ulama. bahkan di sebuah kampung terpencil, ada tokoh masyarakat yang
biasa memimpin doa dalam berbagai acara keagamaan sudah disebut ulama dan
diangkat sebagai anggota majlis ulama kecamatan padahal bacaan Al Qurannya
masih blepotan. Di sana
masih banyak contoh lain yang menunjukkan distorsi makna ulama tersebut.
Bahasan ini mencoba mengembalikan makna yang hakiki dari kata-kata ulama yang
dikehendaki Al Quran.
Kata-kata ulama disebutkan dalam Al Quran sebanyak dua kali yaitu dalam Asy Syu’ara’ 197 dan dalamsurat
Fathir 28. yang intisarinya bahwa ulama adalah orang yang memiliki ilmu yang
mumpuni sehingga ilmu tersebut membawa dirinya memiliki sifat khasyyah atau
rasa takut hanya kepada Allah saja.
Kata-kata ulama disebutkan dalam Al Quran sebanyak dua kali yaitu dalam Asy Syu’ara’ 197 dan dalam
Kalau kita meneliti isi
ayat-ayat dalam AlQuran yang berkenaan dengan esensi orang yang memiliki
kriteria khasyyah ini, kita dapat menarik suatu konklusi bahwa di sana ada kata-kata yang
sering digunakan untuk menunjukkan kelompok orang yang memiliki sifat khasyyah
itu yaitu, kata-kata ulul albab (=Cendekiawan muslim). Kata-kata ini disebutkan
dalam Al Quran sebanyak 16 kali. Merekalah yang disanjung tinggi oleh Alquran
sebagai orang yang memiliki sifat khasyyah, martabat mulia, banyak dzikir,
taqwa, mencapai derajat iman dan keyakinan yang tinggi,komitmen dengan syariat
Islam dan ajaran-ajarannya. sebagaimana disiratkan dalam Ali Imran 7 sbb:”Dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : “kami beriman kepada ayat-ayat
mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.”dan tidak dapat mengambil
pelajaran dari padanya melainkan ulil albab (orang-orang yang berakal).
Jika diteliti secara seksama,
dengan menelusuri isi ayat-ayat yang berkaitan dengan ulil albab, kita dapat
memilah bahwa kriterianya bisa dipilah menjadi dua kriteria; pertama kriteria
global dan kedua kriteria terperinci.
Kriteria global ulil albab
terdapat dalam beberapa ayat yaitu :Al Maidah 100, At Tholaq 10, al Baqarah 179
dan 197. Semua ayat tersebut menuntut bahwa kriteria utama ulil albab atau
ulama adalah sifat khasyyah yang diungkapkan dengan istilah takwa kepada Allah
swt. artinya, komitmen dalam melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi
semua larangannya. Orang yang tidak memiliki kriteria demikian tidak layak
untuk disebut ulama.
Sedangkan
kriteria terperinci yang harus dimiliki ulama atau ulil albab banyak bertebaran
dalam beberapa ayat sebagai berikut :
1.
Orang yang selalu berdzikir
kepada Allah baik dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring ketika tidak
mampu duduk atau berdiri . Dzikir ini bisa dilakukan dalam waktu sholat ataupun
lainnya.(lih. Ali Imran 191). Ulama yang sesungguhnya lebih suka menggunakan
waktunya untuk berdzikir dan berfikir dari pada mendengarkan musik Bethoven
atau perbuatan laghwun atau lahwun
2.
Selalu bertafakkur tentang penciptaan langit
dan bumi, bagaimana langit ditinggikan tanpa tiang, bagaimana bintang-bintang
diciptakan di langit dan bagaimana bumi dihamparkan, bagaimana gunung gemunung
ditegakkan yang dibawahnya dialiri sungai-sungai yang banyak. Tafakkur demikian
tentang semua ciptaan Allah akan menambah keimanan ulama . (Lih. Ali Imran 191)
3.
Menjauhi penyembahan kepada
thogut yaitu syetan atau sesembahan selain Allah. (Az Zumar 17).Kalau ada orang
yang masih percaya atau memberikan pengabdian kepada jin, jimat atau totem
lainnya bukanlah termasuk muslim apalagi ulama, walaupun mungkin dijuluki oleh
orang sekitarnya sebagai kiai atau ustadz atau mungkin menjadi anggota majlis
ulama di suatu kampung.
4.
Mengembalikan semua urusan
kepada Allah dan hanya Allah sajalah yang disembahnya.(Az Zumar 17) Orang yang
masih suka menyandarkan diri pada dukun, ahli nujum atau hal syirik lainnya
tidak berhak disebut sebagai ulama.
5.
Selalu mengikuti hal-hal yang
terbaik dari semua pendapat yang didengarnya kemudian direalisaikan dalam
bentuk perbuatan dan sikap atau ucapannya (Az Zumar 18). Ulama tidak congkak
dengan pendapatnya. Memiliki sifat toleran terhadap pendapat orang lain. Lebih
dari itu, bila ada pendapat yang lebih baik dia akan mengikuti pendapat
tersebut. Para imam madzhab tidak pernah
merasa bahwa pendapatnyalah yang paling benar. Mereka amat lapang dada dengan
pendapat orang lain walaupun berbeda atau bertentangan. Itulah ciri ulama
6.
Senantiasa memenuhi janji Allah untuk mengakui
rububiyyatullah dan memenuhi apa yang diajarkan Allah dalam kitab suciNya.(Ar
Ra’d 20) Janji yang telah dikukuhkannya di alam arwah untuk mengakui
rububiyatullah ditepatinya di dunia sehingga tidak pernah ingkar.
7.
Tidak merusak perjanjian umum
yang telah dikukuhkan antara mereka dengan Allah atau dengan manusia (Ar Ra’d
20). janji adalah hutang yang harus dilunasi. Melanggar janji merupakan salah
satu ciri munafik. Oleh sebab itu ulama amat jauh dari perbuatan ini.
8.
Mereka selalu menghubungkan
apa-apa yang diperintahkan Allah untuk dihubungkan seperti shilaturrahmi, loyal
terhadap sesama mukmin, iman terhadap semua nabi dan menjaga semua hak manusia.
(Ar Ra’d 21) Seorang ulama pasti lebih suka berdekatan dengan orang Islam yang
taat dari pada orang-orang yang memusuhi umat Islam. lebih dari itu ulama akan
menjadi perekat ummat dan peonir ukhuwwah Islamiyah, dan tidak mungkin menjadi
pemecah belah umat.
9.
Memiliki sifat Khasyyaah Ammah
kepada Allah dan keagunganNya. ( Ar Ra’d 21) Ulama hakiki akan memiliki rasa
takut yang luar biasa kepada Allah. Dia akanlebih mudah menangis dari pada
tertawa terbahak-bahak. nampak keanggunan dan wibawanya karena kekhusyu’an yang
memancar dalam dirinya yang penuh khasyyah.
10. Takut kepada keburukan hari hisab.( Ar Ra’d 21). Rasa takut ini
merefleksi dalam ucapan dan semua perbuatannya untuk selalu menjauhi semua larangan
Allah. Mereka selalu menghisab dirinya sebelum mereka dihisab nanti pada hari
kiamat. Muhasabatunnafsi bagi ulama adalah keharusan yang dilakukannya setiap
hari.
11. Memiliki kesabaran dalam menghadapi semua beban, kesulitan dan
mushibah di dunia serta senantiasa menentang kehendak hawa nafsu.(Ar Ra’d 22)
Semua perintah Allah adalah kewajiban dan beban yang harus dilaksanakan penuh
kesabaran. Demikian juga musibah harus dihadapinya dengan kesabaran.
12. Mendirikan sholat dan memeliharanya agar jangan sampai terlewat
waktunya atau kurang syarat rukunnya.( Ar Ra’d 22) Kalau ada orang yang suka
meninggalkan sholat atau mengabaikan kewajiban agama, dengan alasan apapun,
sudah pasti ia bukan ulama walalupun dari keturunan kiai besar
13. Menginfakkan sebagian
hartanya baik dalam keadaan rahasia atau terang-terangan untuk kepentingan
jihad fisabilillah atau bentuk sedekah lainnya.(Ar Ra’d 22)
14. Menolak kejahatan dengan kebaikan ( Ar Ra’d 22) sebagaimana yang
dikatakan Rasulullah saw :Hendaknya kamu menghapus kejahatan dengan cara
melakukan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menghapus kejahatan dan
Pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik. (Lihat surat Al Mu’minun ayat 96.)
Itulah beberapa sifat dan kriteria yang mesti dimiliki para ulama atau ulil albab. Kita harus waspada kepada orang yang berbaju seperti ulama atau mengunakan atribut-atribut keulamaan, padahal ia hanyalah orang yang ingin memenuhi ambisi pribadinya dan jauh dari perjuangan li i’laai kalimatillah. Wallahu a’lam. (Habib Fitrah T.M" Nangkodo Sati")
Posting Komentar